Kala itu, lebih dari sepuluh tahun yang lalu, mulai beredar cerita misteri tentang proses persalinan yang terjadi di salah satu rumah sakit di kota marmer Tulungagung. Cerita tersebut bahkan telah menjadi semacam urban legend mengingat kala itu Rumah Sakit yang dimaksud telah tutup atau tidak beroperasi sejak awal tahun 2000-an.
Sebenarnya Rumah Sakit tersebut termasuk rumah sakit yang mewah. Rumah Sakit tersebut didirikan pada pertengahan tahun 1990-an dan menyasar kelompok ekonomi menengah atas. Di tengah-tengah lobbynya terdapat ruang bermain anak, ruang-ruang perawatan vip dan vvip terletak tepat di kanan kiri lobby, sementara ruang rawat inap kelas lain jauh di belakang, terpisah ruang operasi dan kantin. Lokasinya yang agak di luar pusat kabupaten (waktu itu) dimaksudkan agar pasien bisa lebih tenang beristirahat.
Namun entah satu dan lain sebab, Rumah Sakit tersebut berhenti beroperasi pada awal 2000-an. Dan semua akses masuk pun ditutup untuk mencegah orang masuk tanpa ijin ataupun untuk mengamankan peralatan-peralatan yang mungkin masih tertinggal di dalam bangunan rumah sakit tersebut.
Nah suata ketika, tersebarlah cerita tentang persalinan yang terjadi pada suatu malam di rumah sakit tersebut. Cerita tersebut bermula ketika pada suatu hari seorang pria yang kebingungan dan bertanya kepada orang-orang di sekitar lokasi rumah sakit tersebut sejak kapan rumah sakit tersebut tutup. Kedatangannya bermaksud untuk melunasi tagihan biaya persalinan isterinya semalam. Tentu saja orang-orang di sekitar lokasi tersebut kebingungan, banyak diantara warga sekitar beranggapan kedua pasangan tersebut salah lokasi, salah ruas jalan karena sekitar 4 km di utara lokasi rumah sakit tersebut ada lagi sebuah rumah sakit yang sama persis terletak di utara jalan.
Namun pria tersebut kukuh mengatakan bahwa dia semalam mengantarkan isterinya bersalin dan baru pada pagi hari menjelang subuh pulanh dari rumah sakit itu. Pria itu bercerita kala itu sudah larut malam ketika isterinya merasakan kontraksi. Maka dia pun segera memboncengkan isterinya mencari bidan. Namun selama perjalanan dia tidak menemukan bidan yang buka hingga diputuskan untuk ke arah pusat kabupaten, mencari rumah sakit terdekat.
Dari arah barat pria itu melihat bangunan rumah sakit yang nampak seperti rumah sakit pada umumnya rumah sakit yang beroperasi. Lampu-lampu di rumah sakit tersebut menyala dan terang, sementara di seberang jalan gedung olah raga sedang dalam proses pembangunan. Tidak ada pagar apapun atau tanda dilarang masuk yang terletak di akses masuk rumah sakit tersebut. Memang diakuinya rumah sakit tersebut tampak sepi, tidak tampak ada kendaraan yang parkir di halaman parkir rumah sakit tersebut. Mungkin rumah sakit mahal pikir pria itu, sehingga warga enggan ke rumah sakit tersebut.
Karena si isteri mengeluh kontraksinya makin hebat dan sudah tidak tahan, maka pria itu pun tanpa berpikir panjang menyegerakan laju motornya menuju rumah sakit tersebut. Mengingat rumah sakit tersebut lokasinya paling dekat dibandingkan jika harus ke R.S. Fauziah, apalagi jika ke R.S. Iskak. Ketika sampai depan rumah sakit, dia pun segera berbelok masuk ke halaman dan mengarahkan motornya ke instalasi gawat darurat di barat pintu lobby utama.
Sampai di igd pria itu menuntun isterinya masuk di ugd karena tidak terlihat perawat atau satpam. Tidak terlintas sedikitpun kecurigaan di pikirannya mengenai keadaan igd tersebut pada malam itu. Kondisi isterinya yang kesakitan menahan kontraksi telah menyita seluruh perhatiannya. Agak lama kemudian baru ada beberapa petugas igd yang terlihat dan segera menangani si isteri. Tak berapa lama pula anaknya lahir.
Entah terlalu bahagia dengan kelahiran anaknya, mereka tidak begitu memperhatikan kondisi igd atau rumah sakit yang terlihat sepi. Petugas petugas di igd pun setelah proses persalinan kembali tidak terlihat. Tidak ada pasien selain mereka. Benar benar sepi, tidak ada orang. Mungkin kondisi igd yang tidak ada pasien membuat petugas igd bisa menyempatkan beristirahat di ruang lain.
Karena kondisi keuangan yang terbatas dan juga pada saat itu program jaminan kesehatan nasional belum terlaksana sebaik saat ini, pasangan tersebut memutuskan untuk segera pulang jika kondisi memungkinkan. Si suami menuju ke administrasi igd untuk mengutarakan maksudnya. Diketuknya meja loket administrasi hingga bosan, namun tak nampak muncul petugasnya. Sambil mengetuk-ngetuk meja, disisirnya sudut-sudut ruang yang mungkin jadi tempat istirahat petugas petugas igd. Hingga dilihatnya halaman parkir masih juga sepi, hanya ada motornya terlihat terparkir dekat igd. Ketika menengok kembali, dia sempat terkejut karena sudah ada petugas. Kepada petugas tersebut diutarakanlah maksudnya, sekaligus bertanya besaran biaya persalinan. Petugas administrasi hanya menanggapinya dengan mengangguk, setelah itu kembali masuk ke ruang dibelakangnnya. Agak lama menunggu, petugas tersebut kembali dengan selembar kuitansi yang sudah kusam, tertera biaya persalinan yang harus dibayar. Segera dibayarnya tagihan tersebut namun ternyata jumlah uang yang dibawanya tidaklah cukup untuk menutup tagihan biaya persalinan. Lalu pria itu bertanya apakah boleh pulang dulu guna mencukupi kekurangan biayanya. Kembali petugas itu hanya mengangguk. Bergegas dia menemui istrinya dan mengabarkan kalau sudah boleh pulang. Segera mereka merapikan diri dan bersiap pulang.
Sudah menjelang subuh ketika mereka hendak pulang. Dilihatnya masih tidak nampak satupun petugas, mungkin masih pada tidur. Namun kekurangan biaya yang masih harus dibayar lebih meminta pikiran pria itu, keanehan suasana igd benar-benar luput dari perhatiannya. Untung saja petugas igd berbaik hati, kalau di rumah sakit lain mungkin isteri dan anaknya tidak boleh turut serta pulang pikirnya.
Nah ketika siang harinya pria itu kembali, setelah memperoleh cukup uang untuk melunasi sisa tagihan biaya persalinan isterinya semalam. Maka munculah kehebohan seperti disebutkan di atas. Cerita itu maki lama makin tersebar dan menjadi semacam urban legend di Tulungagung. Bahkan sebuah produksi acara misteri dari salah satu televisi swasta nasional hendak menelusuri kabar tersebut, namun pihak pemilik bangunan menolak memberikan akses masuk dan tidak berkenan atas acara tersebut.
Kini rumah sakit tersebut kembali dibuka dengan nama baru. Berangsur rumah sakit itu ramai oleh pasien. Sedangkan gedung olah raga di seberang jalan sudah rampung pembangunannya. Suasan rumah sakit tersebut sudah tidak lagi sepi.
KOMENTAR